Get me outta here!

Selasa, 19 November 2013

Zonasi Ekoper Laut


BAB I
PENDAHULUAN

Perairan laut indonesia merupakan salah satu perairan yang memiliki banyak jenis spesies yang hidup didalamnya atau biasa dikenal dengan mega biodiversity. Ekosistem perairan laut dibagi menjadi 6 zona, yaitu zona upwelling, zona high nutrients shift-up of classical food web, zona maximum phythoplankton biomass, zona miximum zooplankton biomass, zona transition to microbial food web, dan zona low nutrient steady state microbial food web. Pembagian zona tersebut didasarkan pada kandungan nutrisi yang terkandung dalam zonasi perairan tersebut
Setiap zonasi laut memilki produktivitas primer yang berbeda beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi perairan.  Produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesa oleh fitoplankton.  Dengan mengetahui produktivitas zonasi laut maka kita akan dapat menentukan lokasi budidaya yang baik dan benar. Sehingga, Sektor perikanan budidaya laut dapat ditingkatkan dan meningkatkan ekspor perikanan Indonesia.
Zonasi tersebut perlu dipelajari karakteristiknya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia. Pemanfaatan tersebut dapat berupa potensi wilayah konservasi, wisata pantai, wisata selam, budidaya rumput laut, budidaya keramba jaring apung (KJA) dan kegiatan penangkapan (Ali, S.A. et. al.. 2011). Aspek budidaya sendiri harus dipelajari lebih mendalam agar tercipta pemanfaatan sumberdaya secara maksimal dan tetap menjaga kelestarian sumberdaya laut.







BAB II
PEMBAHASAN
1.      Zona upwelling
Upwelling adalah peristiwa  naiknya massa air laut yang disebabkan oleh perbedaan temperatur antara lapisan permukaan air laut dan bawahnya yang lebih dingin. Umumnya zat hara berada di lapisan bawah, akibat upwelling ini zat hara naik ke permukaan laut.
Upwelling dapat didefinisikan sebagai peristiwa menaiknya massa air laut dari lapisan bawah ke permukaan karena proses fisik perairan. Keberadaan upwelling ditandai oleh naiknya unsur hara atau nutrien pada lokasi tersebut, karena massa air bawah permukaan pada umumnya lebih kaya zat hara dibanding dengan lapisan permukaannya. Nutrien, khususnya pospat dan silikat di zona fotik sangat berpengaruh terhadap produktivitas fitoplankton, dan oleh karena itu pada lokasi upwelling akan ditemui fitoplankton dalam jumlah yang besar. Peningkatan populasi fitoplankton yang sangat tinggi dan cepat akan berakibat pada kematian massal ikan-ikan di laut, terjadinya kontaminasi sea food, problem kesehatan masyarakat (keracunan), dan perubahan struktur komunitas ekosistem ( Makmur, 2009 ).
Kelebihan pada zona ini yaitu ketika zat hara yang banyak menumpuk di dasar perairan akan naik keatas karena adanya upwelling sehingga zooplankton, fitoplankton, crustacea ikan-ikan akan memanfaatkan zat hara tersebut dan berkembang sangat cepat di zona ini, serta kekurangan pada zona ini yaitu tingginya amonia dan nitrat yang berasal dari dasar perairan, sehingga aada beberapa jenis biota yang tidak bisa bertahan lama di zona ini. Polusi air juga terjadi di zona ini biasanya disebabkan oleh buangan limah rumah tangga, industri yang disambungkan dari sungai.
2.      Zona high nutrient, shift-up of classical food web
Pada zona kedua terdapat kandungan nutrisi yang tinggi (high nutrient) dan merupakan zona pergeseran dari jaring-jaring makanan. Zona dengan kandungan nutrisi tinggi memiliki kelimpahan biota yang tinggi karena di daerah ini biota laut khususnya ikan dapat dengan mudah menemukan makanan. Dengan kedalaman yang sedang, oksigen cukup tinggi dan intensitas cahaya yang cukup menyebabkan ikan akan nyaman untuk tinggal di daerah ini, khususnya ikan pelagis, seperti ikan tuna.
Kelayakan lingkungan untuk usaha budidaya dapat diestimasi melalui pengukuran kuantitatif dan kualitatif terhadap biota yang menghuni perairan tersebut. Satu di antara biota yang sering digunakan dalam keperluan ini adalah plankton karena studi ekologinya murah dalam biaya, mudah dalam pelaksanaan dan efektif dalam hasil yang diperoleh ( Pirzan dan Petrus , 2008).
Kelebihan zona ini adalah melimpahnya nutrien membuat produsen utama dapat memanfaatkanya dengan baik . Kekuranganya adalah jika kandungan ammonia dan nitrat tinggi maka akan membuat ikan mengalami kematian.
3.      Zona maximum phytoplankton biomass
Zona maximum phythoplankton biomass, yaitu wilayah dengan kandungan fitoplankton tertinggi dan kemudian akan menurun. Organisme pada zona ini juga akan menurun seiring dengan menurunnya nutrisi yang ada di wilayah ini. Fitoplankton merupakan pakan alami untuk ikan herbivore.
Kelebihan Zona ini adalah perairan yang subur karena banyaknya fitoplankton. Kandungan oksigen yang terlarutpun tinggi di wilayah ini karena banyaknya oksgen terlarut yang dihasilkan dari hasil fotosintesis fitoplankton. fitoplankton yang tinggi mengakibatkan Biota yang hidup disini banyak pula, khususnya ikan-ikan kecil pemakan plankton. Kekurangan Zona ini adalah  terkadang terjadi “blooming ”. Istilah lain dari blooming  yaitu eutrofikasi.Hal ini diperkuat oleh Rosariawari (2010), eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Banyaknya penangkapan di daerah ini membuat ikan-ikan atau konsumen ke dua dari fitoplankton tersebut mengalami over fishing.

4.      Zona maximum zooplankton biomass
Zona maximum zooplanhkton biomass, dimana zooplankton terbanyak ada di wilayah ini, sehingga didominasi oleh ikan jenis karnivora. Pada zona ini sudah tidak ada fitolankton, sehingga kandungan oksigen menurun karena tidak terjadi fotosintesis. Oksigen hanya berasal dari perairan atas yang dibawa oleh perputaran arus.
Zona ini menjadi makanan yang lezat bagi zooplankton, sehingga keberadaan zooplankton melimpah. Ikan-ikan kecil maupun besar banyak terdapat di zona ini, karena makanan utama ikan-ikan tersebut adalah zooplankton. Hal ini diperkuat oleh Pangkey (2011) bahwa Plankton mengandung beberapa asam lemak esensial yang tinggi dan baik bagi pertumbuhan, sehingga ikan menyukai plankton sebagai makanan untuk menambah pasokan asam lemak esensialnya.
Kekurangan zona ini adalah kandungan oksigen yang lebih rendah dari zona sebelumnya, karena sedikitnya organisme yang dapat menghasilkan oksigen
5.      Zona transition to microbial food web
Zona dimana mikroorganisme mulai masuk pada jaring-jaring makanan. Pada zona ini organisme ikan pelagis mulai menurun, karena zona ini termasuk perairan dalam dan keberadaan plankton mulai menurun, digantikan oleh adanya mikroorganisme. Limbah hasil metabolisme dari perairan atas dapat diakumulasi oleh mikroorganisme. Zat-zat organik diubah menjadi anorganik sebagai sumber nutrien di perairan dan akan terjadi perputaran energi.
Kelebihan dari zona ini adalah mikroba dapat merubah organik matter menjadi anorganic matter melalui proses dekomposisi. Bahan anorganik yang dihasilkan akan menjadi nutrient kembali yang akan dimanfaatkan oleh produsen utama. Kekurangannya adalah keberadaan ikan-ikan di zona ini rendah.
6.      Zona low-nutrient steady state microbial food web
Zona ini merupakan suatu zona yang hanya terdapat mikroba dekomposer, keberadaan nutrien rendah dan biota juga rendah. Kelebihan zona ini adalah kondisi lingkungan yang stabil dan baik. Kekurangan di zona ini adalah sedikitnya sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan.
 Pada zona ini, sumber makanan berasal dari bakteri dan detritus atau sisa dari metabolisme biota yang ada pada zona atas. Zona laut dalam berada di bawah lapisan thermocline. Jenis biota laut dalam sangatlah unik, mereka mengalami mutasi organ tubuh (adaptasi morfologi) untuk bisa hidup di zona ini.  Selain adaptasi morfologi, organisme laut dalam juga mengalami adaptasi fisiologis dan adaptasi tingkah laku. Budidaya pada perairan ini belum dimungkinkan karena perairan ini sangat dalam dan jauh dari daratan, sehingga sulit untuk dikontrol.






















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam pembuatan makalah ini adalah setiap zona di laut memiliki produktivitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi dan produktivitas primer tertinggi terdapat pada zona II, zona III,  dan zona IV, sedangkan zona yang memiliki pruktivitas rendah adalah zona IV dan VI. Kandungan nutrisi di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kedalaman, intensitas cahaya, suhu, salinitas, dan kandungan oksigen terlarut. Analisis zonasi ekosistem laut perlu dilakukan untuk menentukan kegiatan budidaya yang dapat dilakukan dan mengeksploitasi dengan bijaksana, yaitu manusia mendapat keuntungan dan lingkungan tetap lestari.


















DAFTAR PUSTAKA
Makmur, Murdahayu. 2009. “Pengaruh Upwelling terhadap Ledakan Alga             (Blooming Alga) di Lingkungan Perairan Laut”.  Pusat Teknologi Limbah       Radioaktif. Batan.
Pangkey, H. 2011. Kebutuhan Asam Lemak Essensial Pada Ikan Laut. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Vol VII (2). Hal: 93-103
Pirzan, A. M. dan Petrus R. P. 2008. “Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan             Kualitas Air di Pulau Bauluang, kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan”.      Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros 9 : 217-221.
Rosariawari, Firra. 2010. Efektifitas multivalen Metal Ions Dalam Penurunan Kadar Phospt Sebagai Bahan Pembentuk. Jurnal. UPN Jawa Timur. Hal: 24-32


Tidak ada komentar:

Posting Komentar