BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini
perhiasan merupakan bukan hanya sebagai barang untuk mempercantik dan
memperindah diri khususnya untuk para kaum hawa, tetapi sekarang perhiasan
sudah menjadi investasi harta yang sangat aman dan nyaman dikarenakan harga
dari perhiasan yang harganya stabil dan cenderung meningkat pada akhir-akhir
tahun ini, salah satu dari perhiasan yang cocok untuk dijadikan sebagia
investasi selain emas adalah mutiara.
Mutiara
merupakan suatu benda keras yang diproduksi di dalam jaringan lunak (khususnya
mantel) dari moluska hidup. Sama seperti cangkang-nya,
mutiara terdiri dari kalsium karbonat dalam
bentuk kristal yang telah disimpan dalam lapisan-lapisan konsentris.
Mutiara yang ideal adalah yang berbentuk sempurna bulat dan halus, tetapi ada
juga berbagai macam bentuk lain. Mutiara alami berkualitas terbaik telah sangat
dihargai sebagai batu permata dan objek keindahan selama berabad-abad, dan oleh karena
itu, kata "mutiara" telah menjadi metafora untuk sesuatu yang sangat
langka, baik, mengagumkan, dan berharga. Salah satu spesies kerang penghasil
mutiara adalah kerang pinctada maxima.
Pinctada maxima merupakan kerang penghasil
mutiara yang terdapat dalam laut yang persebarannya meliputi Philipina,
Thailand, Birma, Australia Dan Indonesia. kerang ini termasuk dalam kelas
bivalvia yaitu hewan yang memiliki dua katub, hewan ini hidup menempel pada
substrat di dasar perairan dikarenakan menyesuaikan dengan cara makannya dan
cenderung tidak bisa bergerak secara bebas. Kerang ini juga bisa digunakan
sebagai tolak ukur atau sebagai indikator kualitas air suatu perairan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Apa klasifikasi dari Pinctada maxima?
2.
Apa habitat dari Pinctada
maxima?
3.
Bagaimana struktur tubuh dari Pinctada
maxima?
4.
Bagaimana sistem-sistem yang terdapat dalam Pinctada maxima meliputi sitem respirasi, sistem sirkulasi, sistem
saraf dan sistem reproduksi?
5.
Bagaimana teknik budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima)?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
klasifikasi dari Pinctada maxima.
2.
Untuk mengetahui habitat dari Pinctada
maxima
3.
Untuk mengetahui struktur tubuh dari Pinctada maxima
4.
Untuk mengetahui sistem-sistem yang terdapat dalam Pinctada maxima meliputi sitem
respirasi, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem saraf dan sistem
reproduksi.
5.
Untuk mengetahui teknik budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Klasifikasi
Tiram mutiara termasuk
dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6 klas yaitu: Monoplancohora, Amphineura,
Gastropoda, Lamellibrachiata, atau Pellecypoda,
seaphopoda, dan Cephalopoda (Mulyanto, 1987). Tiram merupakan hewan yang mempunyai cangkang
yang sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini tidak bertulang belakang dan
bertubuh lunak (Philum mollusca).
Klasifikasi
tiram mutiara menurut mulyanto (1987) dan Sutaman(1993) adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Philum
: Mollusca
Klas : Pellecypoda
Ordo : Anysomyaria
Famili
: Pteridae
Genus
: Pinctada
Spesies : Pinctada maxima (Jameson 1901)
Menurut
Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pintada maxima, Pinctada
margaritefera, Pinctada fucata, Pinctada chimnitzii, dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada fucata dikenal juga sebagai Pinctada martensii. Sebagai penghasil mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada
maxima, Pinctada margaritifera dan Pinctada
martensii.Sebagai jenis yang ukuran terbesar adalah Pinctada
maxima. Untuk membedakan jenis tiram mutiara tersebut, perlu dilakukan
pengamatan morfologi, seperti warna cangkang dan cangkang bagian dalam (Nacre), ukuran serta bentuk.
2.2.
Habitat
Tiram mutiara jenis Pinctada sp. yang
banyak dijumpai di berbagai Negara seperti Pilipina, Thailand, Birma, Australia
dan perairan Indonesia, sebenarnya lebih menyukai hidup di daerah batuan karang
atau dasar perairan yang berpasir. Disamping itu juga banyak dijumpai pada
kedalaman antara 20 m – 60 m. Untuk perairan Indonesia sendiri jenid
tiram Pinctada maxima banyak terdapat di wilayah Indonesia
bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru. (Sutaman
1993)
Menurut Sutaman (1993)
kondisi dan kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, ukuran dan
kualitas mutiara adalah sebagai berikut :
a.
Dasar Perairan
Dasar perairan secara
fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap susunan dan kelimpahan organisme
di dalam air termasuk bagi kehidupan tiram mutiara.
Adanya perubahan tanah dasar (sedimen)
akibat banjir yang menyebabkan dasar perairan tertutup lumpur sering
menimbulkan kematian pada tiram terutama yang masih muda. Oleh karena itu dasar
perairan yang berpasir atau berlumpur tidak layak untuk lokasi budidaya tiram
mutiara. Dasar perairan yang cocok untuk budidaya untuk budidaya tiram mutiara
ialah dasar perairan yang berkarang atau mengandung pecahan-pecahan karang.
Bisa juga dipilih dasar perairan yang terbentuk akibat gugusan karang yang
sudah mati atau gunungan-gunungan karang.
b.
Kedalam
Kedalaman air dilokasi
budidaya mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas mutiara.
Berdasarkan penelitian semakin dalam letak tiram yang dipelihara,maka kualitas
mutiara yang dihasilkan akan semakin baik.
Kedalaman perairan yang cocok untuk
budidaya tiram mutiara ialah berkisar antara 15 m s/d 20 m. Pada kedalaman ini
pertumbuhan tiram mutiara akan lebih baik.
c.
Arus Air
Banyak sedikitnya
kelimpahan plankton sebagai makanan alami tiram sangat tergantung pada kuat
tidaknya arus yang mengalir dilokasi tersebut. Tiram mutiara memiliki sifat
filter feeder. Oleh karena itu tiram mutiara akan mudah kelaparan pada kondisi
arus yang terlalu kuat yang terjadi selama berjam-jam dalam sehari.
Lokasi yang cocok untuk budidaya tiram
mutiara ialah yang terlindung dari arus yang kuat. Disamping itu pasang surut
yang terjadi mampu menggantikan massa air secara total dan teratur,sehingga
ketersediaan oksigen terlarut maupun plankton segar dapat terjamin.
d.
Salinitas
Kualitas mutiara yang
terbentuk dalam tubuh tiram dapat dipengaruhi oleh kadar salinitas yang terlalu
tinggi, warna mutiara menjadi keemasan. Sedangkan pada kadar salinitas di bawah
14% atau di atas 55% dapat mengakibatkan kematian tiram yang dipelihara secara
massal.
Sebenarnya tiram mutiara ini mampu
bertahan hidup pada kisaran salinitas yang luas,yaitu antara 20% – 50%. Tetapi
salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan tiram mutiara adalah 32% – 35%.
e.
Suhu
Suhu memegang peranan
yang sangat penting dalam pembentukan lapisan mutiara dan pertumbuhan tiram itu
sendiri.
Di beberapa Negara, pertumbuhan tiram
mutiara yang ideal menunjukan kisaran suhu yang berbeda-beda. Di jepang,
misalnya, pertumbuhan yang terbaik berkisar antara 200 C – 250 C,
sebab pada suhu di atas 280 C menunjukan tanda-tanda yang
melemah. Hal ini bisa dimengerti, karena rata-rata suhu harian di jepang masih
relative rendah, walupun musim panas. Sedangkan di teluk Klutch India,
pertumbuhan yang pesat dicapai pada suhu anatara 230 C – 270 C.
Untuk Negara kita sendiri yang beriklim
tropis, pertumbuhan yang terbaik dicapai pada suhu antara 280 C
– 300 C. Pada iklim ini ternyata sangat menguntungkan untuk
budidaya tiram mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi
sepanjang tahun. Sedangkan Negara yang memiliki empat musim (iklim sub-tropis)
biasanya pertumbuhan tiram mutiara tidak terjadi sepanjang tahun, karena pada
suhu air di bawah 130 C (musim dingin) pelapisan mutiara atau
penimbunan zat kapur akan terhenti.
f.
Kecerahan
Banyak sedikitnya sinar
matahari yang menembus ke dalam perairan sangat tergantung dari kecerahan air.
Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin dalam sinar yang menembus ke
dalam perairan. Demekian pula sebaliknya.
Untuk keperluaan budidaya tiram mutiara
selayaknya dipilih lokasi yang mempunyai kecerahan antara 4,5 m – 6,5 m,
sehingga kedalaman pemeliharaan bisa diusahakan antara 6 m – 7 m. sebab
biasanya tiram yang dibudidayakan diletakkan di bawah kedalaman atau kecerahan
rata-rata.
g.
Kesuburan Perairan
Tiram sebagai binatang
yang tergolong filter feeder hanya mengandalakan makanan
dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga keberadaan pakan alami
memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan pakan alami itu
sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.
Pada kondisi perairan yang kurang subur
(tercemar), komposisi pakan alami jumlahnya akan sangat sedikit, sehingga
kurang mendukung untuk penyediaan pakan yang diperlukan tiram. Padahal tiram yang dipelihara dalam laut,
jelas tidak mungkin diberi pakan tambahan sebagaimana ikan atau udang yang
dipelihara dalam tambak. Oleh karena itu lokasi budidaya pada kondisi perairan
yang subur mutlak diperlukan.
2.3.
Struktur Tubuh
Bentuk luar tiram
mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tetapi
di balik kekokohan tersebut terdapat organ yang dapat mengatur segala aktivitas
kehidupan dari tiram itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh tiram tersebut terdapat
cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar terhindar dari benturan
maupun serangan hewan lain. Disamping itu, dalam cangkang yang jumlahnya satu
pasang dan mempunyai bentuk yang berlainan itu terdapat mother of
pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk
lapisan mutiara. (Sutaman 1993)
Kulit mutiara (Pinctada
maxima) ditutupi oleh sepasang kulit tiram (Shell, cangkan),
yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedangkan kulit
sebelah kiri agak cembung. Specie ini mempunyai diameter dorsal-ventral
dan anterior-posterior hampir sama sehingga bentuknya agak bundar. Bagian
dorsal bentuk datar dan panjang semacam engsel berwarna hitam. Yang berfungsi
untuk membuka dan menutup cangkang. (Winarto, 2004).
Cangkang tersusun dari zat kapur
yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan
kristal kalsium karbonat (Ca CO3) dalam bentuk kristal argonit
yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal heksagonal kalsit yang
merupakan pembentuk lapisan seperti prisma pada cangkang.
Menurut Sutaman (1993)
bentuk cangkang bagian luar yang keras apabila dipotong atau dibelah secara
melintang, maka ada tiga lapisan yang akan tampak, yaitu lapisan periostrakum yang berada paling atas atau luar, dan lapisan prismatik yang
terdapat di bagian tengah. Sedangkan lapisan yang agak ke dalam yang
berhubungan dengan organ dalam disebut lapisan nacre atau
lapisan mutiara.
Ketiga lapisan tersebut,
jika dilihat dari zat penyuusunnya masing-masing adalah sebagai berikut :
1)
Lapisan periostrakom adalah lapisan kulit terluar yang kasar
yang tersusun dari zat organic yang menyerupai tanduk.
2)
Lapisan prismatik, adalah lapisan kedua yang tersusun dari
Kristal-kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal caltice.
3) Lapisan
mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang
tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). (Sutaman 1993)
Menurut Sutaman (1993)
apabila cangkang tiram dibuka, maka akan terlihat sekumpulan organ tubuh yang
berfungsi sebagai pengatur segala aktivitas kehidupan tiram mutiara itu
sendiri. Namun secara umum, organ tubuh tiram mutiara dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kaki, mantel dan organ dalam.
a.
Kaki
Kaki tiram mutiara
merupakan suatu organ tubuh yang mudah bergerak dan berbentuk seperti lidah
yang dapat memanjang dan memendek. Kaki ini tersusun dari jaringan otot yang
menuju ke berbagai jurusan, sehingga dapat digunakan untuk bergerak terutama
waktu masih muda. Sedangkan setelah agak dewasa dan hidup menempel pada suatu
substrat, kaki tidak lagi dugunakan untuk bergerak, tetapi menggunakan
byssusnya untuk menempel. Selain itu, kaki tiram juga berfungsi untuk
membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada insang maupun mantel.
b.
Mantel
Mantel merupakan
jaringan yang dilindungi oleh sel-sel epithelial dan dapat membungkus organ
bagian dalam. Letaknya berada di antara cangkang bagian dalam atau epithel luar
dengan organ dalam atau mass viseralis. Sel-sel dari epithel luar
ini akan menghasilkan Kristal kalsium karbonat (CaCO3 ) dalam
bentuk Kristal aroganit yang lebih dikenal denga nama lapisan mutiara. Sel ini
juga membentuk bahan organik protein yang disebut kokhialin sebagai
bahan perekat Kristal kapur. Apabila potongan mantel ditransplantasikan ke
dalam tubuh tiram akan menghasilkan zat kapur.
c.
Organ Dalam
Bagian ini letaknya agak
tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupannya yang
terdiri dari : insang, mulut, jantung, susunan syaraf, alat perkembangbiakan,
otot, lambung, usus dan anus.
·
Gambar anatomi Pinctada
maxima
2.4. Sistem Pencernaan
Menurut Gosling (2004),
seperti halnya pada jenis kerangan yang lain, tiram mutiara mampu memanfaatkan
phytoplankton yang terdapat secara alamiah di sekitarnya. Tiram mutiara
bersifat filter feeder atau mengambil makanan dengan cara menyaring pakan yang
ada di dalam air laut. Getaran silia pada insang menimbulkan arus air yang
masuk ke dalam ronga mantel. Gerakan silia akan memindahkan phytiplankton yang
ada di sekeliling insang dan dengan bantuan labial palp atau melalui simpul
bibir yang bergerak-gerak akan membawa masuk makanan ke dalam mulut.
Mulut terlerak pada bagian ujung depan saluran
pencernaan atau disebelah atas kaki. Makanan yang ditelan masuk ke dari mulut
kemudian melaui kerongkongan yang pendek langsung masuk perut, atau saluran
kantong tipis pada perut dengan kulit luar (cuticle) kasar yang berfungsi untuk
memisah-misahkan makanan. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang
melalui saluran usus yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian
keluar lewat anus (Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)
2.5. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada kerang mutiara ini adalah sitem peredaran
terbuka yaitu Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung, melewati
salah satu dari dua aurikel. Jantung terbungkus dalam pericardium. Dari
ventrikel darah dipompa baik ke anterior maupun melalui 2 buah aorta menuju ke
bagian-bagian tubuh. Kemudian darah berkumpul lagi dalam vena cava, lalu
diangkut ke ginjal, terus ke insang dan kemabali lagi ke jantung.
Sistem sirkulasinya terbuka,
berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang
sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang menyelubungi
organ-organnya. Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring.
Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.
2.6. Sistem respirasi
Insang merupakan organ yang mempunyai peran fungsional baik dalam
pernapasan maupun osmoregulasi. Sel-sel yang berperan pada proses osmoregulasi
adalah sel-sel chlorida yang terletak pada bagian dasar lembaran-lembaran
insang. Insang berjumlah empat buah, berbentuk sabit, dua insang berada di sisi
kanan dan kiri, menggantung pada pangkal mantel seperti lipatan buku
(Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)
Air masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu
secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan
udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air
serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu
mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar
kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan
silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial
dan melintas ke atas, melaui lamela branchial. Jadi selain menjalankan fungsi
pernafasan, filamen pada insang dan mantel dapat memperlancar peredaran darah.
(Gosling, 2004; Velayudhan and Gandhi 1987)
2.7. Sistem saraf
Sistem sarafnya ada tiga
pasang ganglia : dikepala, dikaki, dan di alat-alat dalam. System sarafnya
terdiri dari 3 pasang ganglionyang saling berhubungan yaitu:
a. ganglion anterior terdapat
di sebelah ventral lambung
b.
ganglion pedal terdapat pada kaki
c. ganglion posterior terdapat
di sebelah ventral otot aduktor posterior.
2.8. Sistem reproduksi
Tiram mutiara mempunyai
jenis kalamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah
individu hermaprodit terjadi perubahan sel kelamin (sel reversal) biasanya
terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada fase awal perkembangan
gonad. Fenomena sex reversal pada tiram mutiara (Pinctada maxima) menunjukan
bahwa jenis kelamin pada tiram teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal
menggembung pada kondisi matang penuh, gonat menutupi organ dalam (seperti
perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian kaki pada fase awal, gonad jantan
dan betina secara eksternal sangat sulit dibedakan, keduanya berwarna krem
kekuningan. Namun, setelah fase matang penuh, gonad tiram mutiara (Pinctada
maxima) jantan berwarna putih krem, sedangkan betina berwarna kuning tua.
Pada tiram Pinctada fucata warna gonad
ini terjadi sebaliknya.
Menurut Winanto (2004)
bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram mutiara dikelompokkan menjadi 5 fase
yaitu :
·
Fase I : Tahap tidak aktif/salin/istrahat
(Inactife/spent/resting)
Kondisi gonad mengecil
dan bening transparan dalam beberapa kasus, gonad berwarna oranye pucat. Rongga
kosong, sel berwarna kekuningan (lemak). Pada fase ini sangat sulit untuk
dibedakan.
·
Fase II : Perkembangan/pematangan (Developing/maturing)
Warna transparan hanya
terdapat pada bagian tertentu, material gametogenetik (sel kelamin) mulai ada
dalam gonad sampai mencapai fase lanjut, gonad mulai menyebar di sepanjang
bagian posterior disekitar otot refraktor dan lebih jelas lagi dibagian
anterior-dorsal. Gamet mulai berkembang disepanjang dinding katong gonad.
Sebagian besar oocyt (bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum
ada. Ukuran rata-rata oocyt 60 μm x 47,5 μm.
·
Fase III : Matang (Mature)
Gonad tersebar merata
hampir keseluruh jaringan organ, biasanya berwarna krem kekuningan. Oocyt
berbentuk seperti buah pir dengan ukuran 68 x 50 μm dan inti berukuran 25
μm.
·
Fase IV : Matang penuh/memijah sebagian (Fully
maturation/partially spawned)
Gonad menggembung,
tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan sendirinya atau jika
ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt bebas dan terdapat diseluruh dinding
kantong. Hampir semua oosyt berbentuk bulat dan berinti, ukuran oosyt rata-rata
51,7 μm.
·
Fase V : Salin (Spent)
Bagian permukaan gonad
mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad (kelebihan gamet) tertinggal
didalam lumen (saluran-saluran didalam organ reproduksi) pada kantong. Jika ada
oosyt maka jumlahnya hanya sedikit dan bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt
54,4 μm.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk
betina.Hasil fertilisasi berupa zigot menetas menjadi larva.Larvanya bersilia,
dapat keluar dari induknya, berenang, dan segera menempel pada insang
ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari
tubuh ikan dan tumbuh dewasa.
2.9
Teknik budidaya
Mutiara peliharaan pada dasarnya adalah suatu hasil
produksi Abad ke 20.
Bebarapa orang telah mencoba mengembangkan cara untuk
memproduksi mutiara, Nishikawa, Mise dan Mikimoto adalah nama-nama tenar untuk masalah
ini. Setelah mendapatkan cara penempatan inti yang paten, Mikimoto merupakan
penguasa dalam industri mutiara peliharaan.
Mutiara peliharaan
diproduksi dengan memasukkan butiran manik-manik yang terbuat dari kulit
cangkang tiram mutiara pada bagian dari lapisan induk mutiara ke dalam lapisan
mantel yang mengeluarkan lapisan mutiara. Tiram memperlakukan manik-manik
tersebut sebagai penyakit dan menyelimutinya dengan lapisan nacre. Jadi
perbedaan dasar mutiara alam dan peliharaan adalah partikel dan ukurannya, yang
masuk dalam tubuh tiram secara alami dan dibuat oleh manusia serta cara
terjadinya.
Mutiara blister di produksi
dengan memasukkan separoh manik-manik,
ditempelkan didinding cangkang bagian dalam. Setelah
lapisan nacre menyelimuti manik-manik, bentuk yang terjadi tersebut dan lapisan
nacre lainnya yang telah dibentuk melengkung, ditempelkan ke bagian datar dari manik-manik.
Hasilnya juga disebut sebagai mutiara 'mabe'.
Mutara 'biwa' diproduksi
dari danau Biwa Jepang menggunakan kijing air
tawar. Mutiara biwa bentuknya tidak teratur, tetapi
memiliki orient dan warna yang bagus. Perbedaan mutiara biwa dengan yang
lainnya ada lah bahwa mutiara biwa tidak memiliki inti atau nukleus; sebagai
pengganti manikmanik, mantel empat-persegi dimasukkan ke dalam organ tubuh
kijing, syarat pemeliharaannya memakan waktu tiga tahun.
Jepang adalah pemimpin dunia
dalam produksi mutiara peliharaan. Bentuk-bentuk yang biasa diproduksi adalah
baroque, bulat, kancing baju, lonjong, bulat buah per dan bulat telur; sangat
sedikit mutiara peliharaan yang mempunyai bulatan yang bagus. Dari seluruh batu
permata, untuk membedakan antara mutiara alami dan peliharaan adalah yang
paling sulit. Alat yang paling dapat diandalkan kebenarannya harus melindungi melibatkan
adanya mesin ronsen (x-ray), yang sangat berbahaya bagi tangan-tangan yang tidak
ahli. Mutiara peliharaan yang baik tidak akan dapat dibedakan hanya dengan
pandangan mata ataupun dengan cara pengujian yang sederhana.
Dalam mendeterminasi
kualitas dan nilai mutiara peliharaan, dipergunakan
cara yang sama seperti diterapkan terhadap mutiara
alam. Harga dari mutiara peliharaan umumnya lebih rendah dibanding dengan
mutiara alam; walaupun demikian, harga sebutir mutiara peliharaan mungkin dapat
mencapai US $. 100.000,- (Joel Arem, 1983).
Disamping itu dapat
diproduksi mutiara tiruan/imitasi (imitation pearl) dalam jumlah besar, dimana
inti mutiara tiruan ini dibuat dari gelas atau plastik yang diberi lapisan
'pearl essence' yang dibuat dari sisik ikan layur (Trachiurus
spp).
Dengan demikian kalau kita
tinjau mengenai terjadinya mutiara, untuk saat
ini dapat dibagi menjadi:
a. Mutiara asli yang terdiri dari mutiara alam
(natural pearl) dan mutiara
peliharaan (cultured pearl).
b. Mutiara
tiruan/imitasi (imitation pearl) (Dwiponggo,1976).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
1.
Klasifikasi
tiram mutiara (Pinctada maxima)
adalah sebagai berikut: kingdom : Animalia, Sub kingdom: Invertebrata,
philum: Mollusca, klas: Pellecypoda,
ordo: Anysomyaria, famili : Pteridae,
genus: Pinctada, spesies : Pinctada
maxima.
2.
Kerang mutiara jenis Pinctada maxima hidup di daerah batuan
karang atau dasar perairan yang berpasir. Disamping itu juga banyak dijumpai
pada kedalaman antara 20 m – 60 m.
3. Secara umum bagian pada kerang jenis Pinctada maxima dapat di bedakan menjadi 3 yaitu kaki, mantel dan organ dalam.
4. Sistem-sitem pada kerang Pinctada maxima
a. Sistem pencernaan
Cara makan dari Pinctada maxima yaitu filter feeder atau mengambil makanan
dengan cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Makanan yang ditelan
masuk ke dari mulut kemudian melaui kerongkongan yang pendek langsung masuk
perut, dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus yang
relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus.
b.
Sistem
sirkulasi
Sistem sirkulasi pada kerang mutiara ini adalah sitem peredaran
terbuka yaitu Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung, melewati
salah satu dari dua aurikel. Jantung terbungkus dalam pericardium. Dari
ventrikel darah dipompa baik ke anterior maupun melalui 2 buah aorta menuju ke
bagian-bagian tubuh. Kemudian darah berkumpul lagi dalam vena cava, lalu
diangkut ke ginjal, terus ke insang dan kembali lagi ke jantung.
c. Sistem
respirasi
Sistem respirasi pada kerang Pinctada maxima menggunakan insang. Air masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu
secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan
udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air
serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu
mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar
kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan
silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial
dan melintas ke atas, melaui lamela branchial.
d.
Sistem
saraf
Sistem sarafnya terdiri
dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan yaitu: ganglion anterior
terdapat di sebelah ventral lambung, ganglion pedal terdapat pada kaki, ganglion posterior
terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.
e.
Sistem
reproduksi
Fertilisasi
terjadi di dalam tubuh induk betina.Hasil fertilisasi berupa zigot menetas
menjadi larva.Larvanya bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan
segera menempel pada insang ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat
mengakibatkan sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari tubuh ikan dan tumbuh
dewasa.
5. Teknik budidaya kerang mutiara dilakukan dengan memasukkan butiran manik-manik
yang terbuat dari kulit cangkang tiram mutiara pada bagian dari lapisan induk mutiara ke dalam lapisan
mantel yang mengeluarkan lapisan mutiara.
Tiram memperlakukan manik-manik tersebut sebagai penyakit dan menyelimutinya dengan lapisan nacre yang
akan terbentik batu mutiara.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian,
1994
i need help please this for my school project thankyou so much
BalasHapushttp://kerangs.site123.me/
.