Get me outta here!

Rabu, 04 Desember 2013

Pinctada Maxima


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Dewasa ini perhiasan merupakan bukan hanya sebagai barang untuk mempercantik dan memperindah diri khususnya untuk para kaum hawa, tetapi sekarang perhiasan sudah menjadi investasi harta yang sangat aman dan nyaman dikarenakan harga dari perhiasan yang harganya stabil dan cenderung meningkat pada akhir-akhir tahun ini, salah satu dari perhiasan yang cocok untuk dijadikan sebagia investasi selain emas adalah mutiara.
Mutiara merupakan suatu benda keras yang diproduksi di dalam jaringan lunak (khususnya mantel) dari moluska hidup. Sama seperti cangkang-nya, mutiara terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk kristal yang telah disimpan dalam lapisan-lapisan konsentris. Mutiara yang ideal adalah yang berbentuk sempurna bulat dan halus, tetapi ada juga berbagai macam bentuk lain. Mutiara alami berkualitas terbaik telah sangat dihargai sebagai batu permata dan objek keindahan selama berabad-abad, dan oleh karena itu, kata "mutiara" telah menjadi metafora untuk sesuatu yang sangat langka, baik, mengagumkan, dan berharga. Salah satu spesies kerang penghasil mutiara adalah kerang pinctada maxima.
Pinctada maxima merupakan kerang penghasil mutiara yang terdapat dalam laut yang persebarannya meliputi Philipina, Thailand, Birma, Australia Dan Indonesia. kerang ini termasuk dalam kelas bivalvia yaitu hewan yang memiliki dua katub, hewan ini hidup menempel pada substrat di dasar perairan dikarenakan menyesuaikan dengan cara makannya dan cenderung tidak bisa bergerak secara bebas. Kerang ini juga bisa digunakan sebagai tolak ukur atau sebagai indikator kualitas air suatu perairan.
2.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa klasifikasi dari Pinctada maxima?
2.    Apa habitat dari Pinctada maxima?
3.    Bagaimana struktur tubuh dari Pinctada maxima?
4.    Bagaimana sistem-sistem yang terdapat dalam Pinctada maxima meliputi sitem respirasi, sistem sirkulasi, sistem saraf dan sistem reproduksi?
3.    Tujuan Penulisan
Tujuan  dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui klasifikasi dari Pinctada maxima.
2.    Untuk mengetahui habitat dari Pinctada maxima
3.    Untuk mengetahui struktur tubuh dari Pinctada maxima
4.    Untuk mengetahui sistem-sistem yang terdapat dalam Pinctada maxima meliputi sitem respirasi, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem saraf dan sistem reproduksi. 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Klasifikasi
Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6 klas yaitu: Monoplancohora, Amphineura, Gastropoda, Lamellibrachiata, atau Pellecypoda, seaphopoda, dan Cephalopoda (Mulyanto, 1987). Tiram merupakan hewan yang mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini tidak bertulang belakang dan bertubuh lunak (Philum mollusca).
Klasifikasi tiram mutiara menurut mulyanto (1987) dan Sutaman(1993) adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Animalia
Sub kingdom    : Invertebrata
Philum              : Mollusca
Klas                  : Pellecypoda
Ordo                 : Anysomyaria
Famili               : Pteridae
Genus               : Pinctada
Spesies             : Pinctada maxima (Jameson 1901)
Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pintada maxima, Pinctada margaritefera, Pinctada fucata, Pinctada chimnitzii, dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada fucata dikenal juga sebagai Pinctada martensii. Sebagai penghasil mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu,  Pinctada maxima, Pinctada margaritifera dan Pinctada martensii.Sebagai jenis yang ukuran terbesar adalah Pinctada maxima. Untuk membedakan jenis tiram mutiara tersebut, perlu dilakukan pengamatan morfologi, seperti warna cangkang dan cangkang bagian dalam (Nacre), ukuran serta bentuk.


2.2  Habitat
Tiram mutiara jenis Pinctada sp. yang banyak dijumpai di berbagai Negara seperti Pilipina, Thailand, Birma, Australia dan perairan Indonesia, sebenarnya lebih menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir. Disamping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara 20 m – 60 m. Untuk perairan Indonesia sendiri jenid tiram Pinctada maxima banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru. (Sutaman 1993)
Menurut Sutaman (1993) kondisi dan kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara adalah sebagai berikut :
a.    Dasar Perairan
Dasar perairan secara fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap susunan dan kelimpahan organisme di dalam air termasuk bagi kehidupan tiram mutiara.
Adanya perubahan tanah dasar (sedimen) akibat banjir yang menyebabkan dasar perairan  tertutup lumpur sering menimbulkan kematian pada tiram terutama yang masih muda. Oleh karena itu dasar perairan yang berpasir atau berlumpur tidak layak untuk lokasi budidaya tiram mutiara. Dasar perairan yang cocok untuk budidaya untuk budidaya tiram mutiara ialah dasar perairan yang berkarang atau mengandung pecahan-pecahan karang. Bisa juga dipilih dasar perairan yang terbentuk akibat gugusan karang yang sudah mati atau gunungan-gunungan karang.
b.    Kedalam
Kedalaman air dilokasi budidaya mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas mutiara. Berdasarkan penelitian semakin dalam letak tiram yang dipelihara,maka kualitas mutiara yang dihasilkan akan semakin baik.
Kedalaman perairan yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah berkisar antara 15 m s/d 20 m. Pada kedalaman ini pertumbuhan tiram mutiara akan lebih baik.
c.    Arus Air
Banyak sedikitnya kelimpahan plankton sebagai makanan alami tiram sangat tergantung pada kuat tidaknya arus yang mengalir dilokasi tersebut. Tiram mutiara memiliki sifat filter feeder. Oleh karena itu tiram mutiara akan mudah kelaparan pada kondisi arus yang terlalu kuat yang terjadi selama berjam-jam dalam sehari.
Lokasi yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah yang terlindung dari arus yang kuat. Disamping itu pasang surut yang terjadi mampu menggantikan massa air secara total dan teratur,sehingga ketersediaan oksigen terlarut maupun plankton segar dapat terjamin.
d.   Salinitas
Kualitas mutiara yang terbentuk dalam tubuh tiram dapat dipengaruhi oleh kadar salinitas yang terlalu tinggi, warna mutiara menjadi keemasan. Sedangkan pada kadar salinitas di bawah 14% atau di atas 55% dapat mengakibatkan kematian tiram yang dipelihara secara massal.
Sebenarnya tiram mutiara ini mampu bertahan hidup pada kisaran salinitas yang luas,yaitu antara 20% – 50%. Tetapi salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan tiram mutiara adalah 32% – 35%.
e.    Suhu
Suhu memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan lapisan mutiara dan pertumbuhan tiram itu sendiri.
Di beberapa Negara, pertumbuhan tiram mutiara yang ideal menunjukan kisaran suhu yang berbeda-beda. Di jepang, misalnya, pertumbuhan yang terbaik berkisar antara 20C – 25C, sebab pada suhu di atas 28C menunjukan tanda-tanda yang melemah. Hal ini bisa dimengerti, karena rata-rata suhu harian di jepang masih relative rendah, walupun musim panas. Sedangkan di teluk Klutch India, pertumbuhan yang pesat dicapai pada suhu anatara 23C – 27C.
Untuk Negara kita sendiri yang beriklim tropis, pertumbuhan yang terbaik dicapai pada suhu antara 28C – 30C. Pada iklim ini ternyata sangat menguntungkan untuk budidaya tiram mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun. Sedangkan Negara yang memiliki empat musim (iklim sub-tropis) biasanya pertumbuhan tiram mutiara tidak terjadi sepanjang tahun, karena pada suhu air di bawah 13C (musim dingin) pelapisan mutiara atau penimbunan zat kapur akan terhenti.
f.     Kecerahan
Banyak sedikitnya sinar matahari yang menembus ke dalam perairan sangat tergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin dalam sinar yang menembus ke dalam perairan. Demekian pula sebaliknya.
Untuk keperluaan budidaya tiram mutiara selayaknya dipilih lokasi yang mempunyai kecerahan antara 4,5 m – 6,5 m, sehingga kedalaman pemeliharaan bisa diusahakan antara 6 m – 7 m. sebab biasanya tiram yang dibudidayakan diletakkan di bawah kedalaman atau kecerahan rata-rata.
g.    Kesuburan Perairan
Tiram sebagai binatang yang tergolong filter feeder hanya mengandalakan makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga keberadaan pakan alami memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan pakan alami itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.
Pada kondisi perairan yang kurang subur (tercemar), komposisi pakan alami jumlahnya akan sangat sedikit, sehingga kurang mendukung untuk penyediaa pakan yang diperlukan tiram. Padahal tiram yang dipelihara dalam laut, jelas tidak mungkin diberi pakan tambahan sebagaimana ikan atau udang yang dipelihara dalam tambak. Oleh karena itu lokasi budidaya pada kondisi perairan yang subur mutlak diperlukan.
2.3  Struktur Tubuh
Bentuk luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tetapi di balik kekokohan tersebut terdapat organ yang dapat mengatur segala aktivitas kehidupan dari tiram itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh tiram tersebut terdapat cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar terhindar dari benturan maupun serangan hewan lain. Disamping itu, dalam cangkang yang jumlahnya satu pasang dan mempunyai bentuk yang berlainan itu terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara. (Sutaman 1993)
Kulit mutiara  (Pinctada  maxima)  ditutupi oleh sepasang kulit tiram (Shell, cangkan), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedangkan kulit sebelah kiri  agak cembung. Specie ini mempunyai diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama  sehingga bentuknya agak bundar. Bagian dorsal bentuk datar dan panjang semacam engsel berwarna hitam. Yang berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang. (Winarto, 2004).
Cangkang tersusun dari  zat kapur yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan kristal  kalsium karbonat (Ca CO3) dalam bentuk kristal argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal heksagonal kalsit  yang merupakan pembentuk lapisan seperti prisma pada cangkang.
Menurut Sutaman (1993) bentuk cangkang bagian luar yang keras apabila dipotong atau dibelah secara melintang, maka ada tiga lapisan yang akan tampak, yaitu lapisanperiostrakum yang berada paling atas atau luar, dan lapisan prismatik yang terdapat di bagian tengah. Sedangkan lapisan yang agak ke dalam yang berhubungan dengan organ dalam disebut lapisan nacre atau lapisan mutiara.
Ketiga lapisan tersebut, jika dilihat dari zat penyuusunnya masing-masing adalah sebagai berikut :
1)      Lapisan periostrakom adalah lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun dari zat organic yang menyerupai tanduk.
2)      Lapisan prismatik, adalah lapisan kedua yang tersusun dari Kristal-kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal caltice.
3)      Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). (Sutaman 1993)
Menurut Sutaman (1993) apabila cangkang tiram dibuka, maka akan terlihat sekumpulan organ tubuh yang berfungsi sebagai pengatur segala aktivitas kehidupan tiram mutiara itu sendiri. Namun secara umum, organ tubuh tiram mutiara dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, mantel dan organ lain.
a.    Kaki
Kaki tiram mutiara merupakan suatu organ tubuh yang mudah bergerak dan berbentuk seperti lidah yang dapat memanjang dan memendek. Kaki ini tersusun dari jaringan otot yang menuju ke berbagai jurusan, sehingga dapat digunakan untuk bergerak terutama waktu masih muda. Sedangkan setelah agak dewasa dan hidup menempel pada suatu substrat, kaki tidak lagi dugunakan untuk bergerak, tetapi menggunakan byssusnya untuk menempel. Selain itu, kaki tiram juga berfungsi untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada insang maupun mantel.
b.    Mantel
Mantel  merupakan jaringan yang dilindungi oleh sel-sel epithelial dan dapat membungkus organ bagian dalam. Letaknya berada di antara cangkang bagian dalam atau epithel luar dengan organ dalam atau mass viseralis. Sel-sel dari epithel luar ini akan menghasilkan Kristal kalsium karbonat (CaCO) dalam bentuk Kristal aroganit yang lebih dikenal denga nama lapisan mutiara. Sel ini juga membentuk bahan organik protein yang disebut kokhialin sebagai bahan perekat Kristal kapur. Apabila potongan mantel ditransplantasikan ke dalam tubuh tiram akan menghasilkan zat kapur.
c.    Organ Dalam
Bagian ini letaknya agak tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupannya yang terdiri dari : insang, mulut, jantung, susunan syaraf, alat perkembangbiakan, otot, lambung, usus dan anus.
2.4  Sistem Pencernaan
Menurut Gosling (2004), seperti halnya pada jenis kerangan yang lain, tiram mutiara mampu memanfaatkan phytoplankton yang terdapat secara alamiah di sekitarnya. Tiram mutiara bersifat filter feeder atau mengambil makanan dengan cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Getaran silia pada insang menimbulkan arus air yang masuk ke dalam ronga mantel. Gerakan silia akan memindahkan phytiplankton yang ada di sekeliling insang dan dengan bantuan labial palp atau melalui simpul bibir yang bergerak-gerak akan membawa masuk makanan ke dalam mulut.
 Mulut terlerak pada bagian ujung depan saluran pencernaan atau disebelah atas kaki. Makanan yang ditelan masuk ke dari mulut kemudian melaui kerongkongan yang pendek langsung masuk perut, atau saluran kantong tipis pada perut dengan kulit luar (cuticle) kasar yang berfungsi untuk memisah-misahkan makanan. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus (Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)
2.5  Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada kerang mutiara ini adalah sitem peredaran terbuka  yaitu Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung, melewati salah satu dari dua aurikel. Jantung terbungkus dalam pericardium. Dari ventrikel darah dipompa baik ke anterior maupun melalui 2 buah aorta menuju ke bagian-bagian tubuh. Kemudian darah berkumpul lagi dalam vena cava, lalu diangkut ke ginjal, terus ke insang dan kemabali lagi ke jantung.
Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang menyelubungi organ-organnya.  Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.
2.6  Sistem respirasi
Insang merupakan organ yang mempunyai peran fungsional baik dalam pernapasan maupun osmoregulasi. Sel-sel yang berperan pada proses osmoregulasi adalah sel-sel chlorida yang terletak pada bagian dasar lembaran-lembaran insang. Insang berjumlah empat buah, berbentuk sabit, dua insang berada di sisi kanan dan kiri, menggantung pada pangkal mantel seperti lipatan buku (Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)
Air masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchial. Jadi selain menjalankan fungsi pernafasan, filamen pada insang dan mantel dapat memperlancar peredaran darah. (Gosling, 2004; Velayudhan and Gandhi 1987)
2.7  Sistem saraf
Sistem sarafnya ada tiga pasang ganglia : dikepala, dikaki, dan di alat-alat dalam. System sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglionyang saling berhubungan yaitu:
a.       ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung
b.      ganglion pedal terdapat pada kaki
c.       ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.
2.8  Sistem reproduksi
Tiram mutiara mempunyai jenis kalamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah individu hermaprodit terjadi perubahan sel kelamin (sel reversal) biasanya terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada fase awal perkembangan gonad. Fenomena sex reversal pada tiram mutiara (Pinctada maxima) menunjukan bahwa jenis kelamin pada tiram teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonat menutupi organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian kaki pada fase awal, gonad jantan dan betina secara eksternal sangat sulit dibedakan, keduanya berwarna krem kekuningan. Namun, setelah fase matang penuh, gonad tiram mutiara (Pinctada maxima) jantan berwarna putih krem, sedangkan betina berwarna kuning tua. Pada  tiram Pinctada fucata  warna gonad ini terjadi sebaliknya.
Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram mutiara dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu :
·      Fase I : Tahap tidak aktif/salin/istrahat (Inactife/spent/resting)
Kondisi gonad mengecil dan bening transparan dalam beberapa kasus, gonad berwarna oranye pucat. Rongga kosong, sel berwarna kekuningan (lemak). Pada fase ini sangat sulit untuk dibedakan.
·      Fase II : Perkembangan/pematangan (Developing/maturing)
Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material gametogenetik (sel kelamin) mulai ada dalam gonad sampai mencapai fase lanjut, gonad mulai menyebar di sepanjang bagian posterior disekitar otot refraktor dan lebih jelas lagi dibagian anterior-dorsal. Gamet mulai berkembang disepanjang dinding katong gonad. Sebagian besar oocyt (bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum ada. Ukuran rata-rata oocyt 60 μm x  47,5 μm.
·      Fase III : Matang (Mature)
Gonad tersebar merata hampir keseluruh jaringan organ, biasanya berwarna krem kekuningan. Oocyt berbentuk seperti buah pir dengan ukuran 68 x 50 μm dan inti berukuran  25 μm.
·      Fase IV : Matang penuh/memijah sebagian (Fully maturation/partially spawned)
Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt bebas dan terdapat diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt berbentuk bulat dan berinti, ukuran oosyt rata-rata 51,7 μm.
·      Fase V : Salin (Spent)
Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad (kelebihan gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran didalam organ reproduksi) pada kantong. Jika ada oosyt maka jumlahnya hanya sedikit dan bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt 54,4 μm.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk betina.Hasil fertilisasi berupa zigot menetas menjadi larva.Larvanya bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan segera menempel pada insang ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari tubuh ikan dan tumbuh dewasa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
1.      Klasifikasi tiram mutiara adalah sebagai berikut: kingdom : Animalia, Sub kingdom: Invertebrata, philum: Mollusca, klas: Pellecypoda, ordo: Anysomyaria, famili : Pteridae, genus: Pinctada, spesies : Pinctada maxima.
2.    Kerang mutiara jenis pinctada maxima hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir. Disamping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara 20 m – 60 m.
3.    Secara umum  bagian pada kerang jenis pinctada maxima dapat di bedakan menjadi 3 yaitu kaki, mantel dan organ dalam.
4.    Sistem-sitem pada kerang pinctada maxima
a.       Sistem pencernaan
Cara makan dari pinctada maxima yaitu filter feeder atau mengambil makanan dengan cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Makanan yang ditelan masuk ke dari mulut kemudian melaui kerongkongan yang pendek langsung masuk perut, dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus.
b.      Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada kerang mutiara ini adalah sitem peredaran terbuka  yaitu Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung, melewati salah satu dari dua aurikel. Jantung terbungkus dalam pericardium. Dari ventrikel darah dipompa baik ke anterior maupun melalui 2 buah aorta menuju ke bagian-bagian tubuh. Kemudian darah berkumpul lagi dalam vena cava, lalu diangkut ke ginjal, terus ke insang dan kemabali lagi ke jantung.
c.       Sistem respirasi
Sistem respirasi pada kerang pinctada maxima menggunakan insang. Air masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchialAir masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchial 
d.      Sistem saraf
Sistem sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan yaitu: ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambungganglion pedal terdapat pada kaki, ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.
e.       Sistem reproduksi
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk betina.Hasil fertilisasi berupa zigot menetas menjadi larva.Larvanya bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan segera menempel pada insang ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari tubuh ikan dan tumbuh dewasa.
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar